Beranda | Artikel
Kapan Membaca Dzikir Petang? Syaikh Shalih Al-Ushoimi #NasehatUlama
Rabu, 24 November 2021

Kapan Membaca Dzikir Petang? Syaikh Shalih Al-Ushoimi #NasehatUlama

Zikir Petang.
Waktunya dari terbenamnya matahari (maghrib) hingga hilangnya mega merah yang menjadi tanda permulaan waktu isya’. Setelah penulis -rahimahullah- selesai menyebutkan Zikir Pagi, beliau melanjutkannya dengan menyebutkan Zikir Petang. Sebagaimana dijelaskan bahwa pagi adalah awal waktu siang, demikian pula sore merupakan awal waktu malam. Jadi, awal waktu malam adalah waktu sore. Secara ijma’, waktu malam dimulai sejak terbenamnya matahari. Yakni disepakati, bahwa waktu malam dimulai dari terbenamnya matahari. Sehingga waktu sebelum terbenamnya matahari tidak disebut malam. Namun malam adalah waktu setelah terbenamnya matahari. Sedangkan sore merupakan sebagian dari waktu malam, Sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Utsman riwayat at-Tirmidzi dan lainnya, “Tidaklah seorang hamba membaca di waktu pagi pada setiap harinya, dan di waktu sore pada setiap malamnya…” Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menyebut sore hari sebagai bagian dari malam, Sedangkan malam tidak dimulai kecuali setelah terbenamnya matahari.

Dalam hadits tentang Sayyidul Istighfar riwayat al-Bukhari disebutkan “Siapa yang membacanya saat memasuki waktu sore, Kemudian meninggal pada malam harinya… dst.” Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menisbatkan waktu sore kepada malam harinya. Dan beliau bersabda: “Siapa yang membacanya di waktu pagi, lalu meninggal pada siang harinya… dst.” Dan disepakati bahwa waktu siang berakhir dengan terbenamnya matahari. Maka pendapat yang paling benar bahwa awal waktu sore dimulai dari terbenamnya matahari. Pendapat yang paling benar bahwa awal waktu sore dimulai dari terbenamnya matahari. Lalu penulis menyebutkan akhir waktu sore dengan mengatakan, “Hingga hilangnya mega merah…” “Hingga hilangnya mega merah; dan itu menjadi tanda permulaan waktu isya.” Dan ini adalah perubahan keadaan pertama yang terjadi di waktu malam, setelah terbenamnya matahari. Karena setelah matahari terbenam, dan kegelapan mulai menyelimuti; maka keadaan akan terus seperti itu hingga menghilangnya mega merah. Dan hilangnya mega merah menjadi tanda dimulainya waktu isya. Maka dari itu, untuk memudahkan pemahaman, penulis mengatakan, “…Dan itu menjadi permulaan waktu isya’.” Dan warna merah di langit setelah matahari tenggelam, atau disebut juga dengan mega merah; jika telah hilang, maka waktu maghrib telah habis, dan mulai masuk ke waktu isya’.

Itulah perubahan pertama, yang terjadi setelah terbenamnya matahari. Maka yang paling benar dari akhir waktu sore adalah hingga saat itu. Yakni akhir dari waktu sore adalah hingga hilangnya mega merah. Dan sebagaimana dijelaskan dalam Zikir Pagi, meski waktu pagi dimulai dari masuknya waktu fajar kedua (fajar shadiq); Namun Zikir Pagi dibaca setelah Shalat Subuh. (KAPAN MEMBACA ZIKIR PETANG)
Demikian pula dengan pembacaan Zikir Petang, meskipun waktu sore dimulai dari terbenamnya matahari, namun Zikir Petang dibaca setelah Shalat Maghrib. Jika telah selesai membaca Zikir Setelah Shalat, ia dapat membaca Zikir Petang setelahnya. Dan telah kita sebutkan tentang ini sebelumnya, bahwa Abu ‘Amr al-Auza’i meriwayatkan pengamalan para Salafus Shaleh; bahwa setelah azan subuh dan maghrib, mereka berzikir kepada Allah dengan tasbih dan istighfar, yakni zikir mutlak (yang tidak terikat waktu dan keadaan tertentu). Lalu setelah zikir itu, mereka mendirikan shalat fardhu. Kemudian, mereka membaca Zikir Setelah Shalat. Dan setelah itu, mereka baru membaca Zikir Pagi setelahnya (ketika waktu subuh), dan membaca Zikir Petang seusai membaca zikir setelah selesai Shalat Maghrib (ketika waktu maghrib).

===============================================================================

أَذْكَارُ الْمَسَاءِ

وَوَقْتُهَا مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ إلَى غِيَابِ الشَّفَقِ الْأَحْمَرِ

وَهُوَ ابْتِدَاءُ وَقْتِ الْعِشَاءِ

لَمَّا فَرَغَ الْمُصَنِّفُ وَفَّقَهُ اللهُ مِنْ ذِكْرِ أَذْكَارِ الصَّبَاحِ

أَتْبَعَهَا بِأَذْكَارِ الْمَسَاءِ

وَكَمَا تَقَدَّمَ أَنَّ الصَّبَاحَ صَدْرُ النَّهَارِ

فَالْمَسَاءُ صَدْرُ اللَّيْلَةِ

فَأَوَّلُ اللَّيْلَةِ هُو مَسَاؤُهَا

وَاللَّيْلَةُ تَبْتَدِئُ إِجْمَاعًا مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ

وَاللَّيْلَةُ تَبْتَدِئُ إِجْمَاعًا مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ

فَمَا قَبْلَ غُرُوبِ الشَّمْسِ لَا يُسَمَّى لَيْلَةً

وَإِنَّمَا يُسَمَّى لَيْلَةً مَا كَانَ بَعْدَهَا

وَالْمَسَاءُ بَعْضُ اللَّيْلَةِ

كَمَا تَقَدَّمَ فِي حَدِيثِ عُثْمَانَ

عِنْدَ التِّرْمِذِيِّ وَغَيْرِهِ

مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ صَبَاحَ كُلِّ يَوْمٍ

وَمَسَاءَ كُلِّ لَيْلَةٍ

فَجَعَلَ الْمَسَاءَ بَعْضَ اللَّيْلَةِ

وَاللَّيْلَةُ لَا تَبْتَدِئُ إِلَّا مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ

وَفِي حَدِيثِ سَيِّدِ الِاسْتِغْفَارِ عِنْدَ الْبُخَارِيِّ

أَنَّ مَنْ قَالَهَا إِذَا أَمْسَى

فَمَاتَ مِنْ لَيْلَتِهِ

فَجَعَلَ مَرْجِعَ الْمَسَاءِ إِلَى اللَّيْلَةِ

وَقَالَ مَنْ قَالَهَا إِذَا أَصْبَحَ فَمَاتَ

مِنْ نَهَارِهِ

وَالنَّهَارُ يَنْتَهِي إِجْمَاعًا عِنْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ

فَأَصَحُّ الْأَقْوَالِ فِي ابْتِدَاءِ الْمَسَاءِ

أَنَّهُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ

فَأَصَحُّ الْأَقْوَالِ فِي ابْتِدَاءِ الْمَسَاءِ

أَنَّهُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ

ثُمَّ ذَكَرَ مُنْتَهَاهُ بِقَوْلِهِ إلَى غِيَابِ الشَّفَقِ الْأَحْمَرِ

إِلَى غِيَابِ الشَّفَقِ الْأَحْمَرِ

وَهُوَ اِبْتِدَاءُ وَقْتِ الْعِشَاءِ

وَهَذَا أَوَّلُ تَغَيُّرٍ

يَعْرُضُ فِي اللَّيْلَةِ بَعْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ

فَإِنَّهُ إذَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ

وَغَشَتِ الظُّلْمَةُ النَّاسَ

لَمْ يَزَلِ الْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ

حَتَّى يَغِيبَ الشَّفَقُ الْأَحْمَرُ

وَغِيَابُهُ هُوَ وَقْتُ ابْتِدَاءِ الْعِشَاءِ

وَلِذَلِكَ قَالَ تَقْرِيْبًا لِفَهْمِهِ

وَهُوَ ابْتِدَاءُ وَقْتِ الْعِشَاءِ

فَالْحُمْرَةُ الَّتِي تَعْقُبُ الشَّمْسَ إِذَا غَابَتْ

أَوْ تُسَمَّى شَفَقًا أَحْمَرَ

إذَا غَابَتْ اِنْتَهَى وَقْتُ الْمَغْرِبِ

وَابْتَدَأَ وَقْتُ الْعِشَاءِ

وَهَذَا أَوَّلُ تَغَيُّرٍ يَكُونُ بَعْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ

فَالْأَشْبَهُ أَنَّ انْتِهَاءَ الْمَسَاءِ يَكُونُ إلَى هَذَا

أَنَّ انْتِهَاءَ الْمَسَاءِ يَكُونُ إِلَى غِيَابِ الشَّفَقِ الْأَحْمَرِ

وَكَمَا تَقَدَّمَ أَنَّ أَذْكَارَ الصَّبَاحِ

وَإِنْ كَانَ مُبْتَدَأُ الصَّبَاحِ مِنْ طُلُوعِ الْفَجْرِ الثَّانِي

إِلَّا أَنَّهَا تُقَالُ بَعْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ

فَكَذَلِكَ يُقَالُ فِي أَذْكَارِ الْمَسَاءِ

أَنَّهُ وَإِنْ كَانَ الْمَسَاءُ يَبْتَدِئُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ

إِلَّا أَنَّهُ يَكُونُ الْإِتْيَانُ بِهَا بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ

إذَا فَرَغَ مِنْ أَذْكَارِ الصَّلَاةِ فَإِنَّهُ يَأْتِي بِأَذْكَار الْمَسَاءِ

وَذَكَرْنَا فِيمَا سَلَفَ

أَنَّ أَبَا عَمْرٍو الْأَوْزَاعِيَّ ذَكَرَ أَنَّ حَالَ السَّلَفِ

أَنَّهُمْ كَانُوا بَعْدَ أَذَانِ الْفَجْرِ وَالْمَغْرِبِ

يَذْكُرُونَ اللهَ وَيُسَبِّحُونَهُ وَيَسْتَغْفِرُوْنَهُ

أَيْ ذِكْرًا عَامًّا مُطْلَقًا

ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ تَكُونُ صَلَاةُ الْفَرْضِ

ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ يَأْتِي الْإِنْسَانُ بِأَذْكَارِ الصَّلَاةِ

ثُمَّ يَأْتِي بِأَذْكَارِ الصَّبَاحِ بَعْدَهَا

وَبِأَذْكَارِ الْمَسَاءِ بَعْدَ أَذْكَارِ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ

 


Artikel asli: https://nasehat.net/kapan-membaca-dzikir-petang-syaikh-shalih-al-ushoimi-nasehatulama/